Lukisan Wajah Pahlawan Nasional Raja Ali Haji karya Hareanto
![]() |
Lukisan Wajah Pahlawan Nasional Raja Ali Haji karya Hareanto |
Lukisan Wajah Pahlawan Nasional Raja Ali Haji karya Hareanto.
Portrait Painting. Charcoal pencil on paper.
Tahun pembuatan 2019
Raja Ali Haji merupakan salah satu
pahlawan nasional republik Indonesia dan juga dikenal sebagai Bapak Bahasa
Indonesia. Pada saat peringatan hari Pahlawan Nasional 10 november 2004 di Istana
Negara Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia melalui keputusan Presiden, Susilo
Bambang Yudhoyono menganugerahkan Raja Ali Haji bergelar Pahlawan Nasional.
Raja Ali Haji putra dari Raja Haji
Ahmad adalah seorang tokoh terpandang, ulama, sejarawan, budayawan, dan
pujangga Melayu termasyhur pada abad ke 19. Raja Ali Haji yang merupakan keturunan
Melayu dan Bugis lahir pada tahun 1808 di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat atau menurut sumber lain di Selangor yang sekarang bagian dari Negara
Malaysia dan tutup usia pada tahun 1873 di Pulau Penyengat Indonesia yang kini
masuk dalam wilayah kepulauan Riau. Raja Ali Haji dimakamkan di pemakaman Engku
Putri raja Hamidah. Di sepanjang dinding bangunan makam diabadikan karya agung Raja
Ali Haji yaitu Gurindam Dua Belas. Agar
setiap pengunjung yang datang berjiarah kemakam dapat melihat karya agung tersebut, membaca serta menulisnya.
Berdasar keturanan Raja Ali Haji
merupakan keturunan dari Kesultanan Riau Lingga yang dikenal memiliki
keagamaan, tradisi, dan keilmuan yang sangat kuat. Raja Ali Haji memperoleh
pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri dan para tokoh terkemuka di lingkungan
istana Kesultanan, yang pada saat itu Kesultanan Riau Lingga dikenal sebagai
Pusat Kebudayaan Melayu yang giat dalam mengembangkan ilmu dibidang agama
Islam, bahasa, dan juga sastra. Raja Ali Haji betemu dan belajar langsung dari
para tokoh ulama dan Habaib yang datang ke pulau Penyengat. Beliau belajar
Al-Quran, Hadits, serta kajian ilmu lainnya. Hingga Raja Ali Haji tampak
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Ketika Raja Ali Haji masih berusia muda,
Raja Ali Haji bersama ayahnya dan sebelas kerabat lainnya mengunjungi tanah suci
Mekkah untuk berhaji dan sempat ke Mesir, selama beberapa bulan beliau
memanfaatkan momen itu sebagai waktu belajar bahasa Arab dan ilmu agama pada
tahun 1828.
Di usia mudanya Raja Ali Haji sudah
diamanahi bebagai tugas kenegaraan. Pada saat Raja Ali bin Ja’far diangkat
sebagai Tuan Muda Riau ke 8 pada tahun 1845, Raja Ali Haji diangkat sebagai penasehat
keagamaan kesultanan. Meski tanggung jawab kenegaraan yang begitu berat, Raja
Ali Haji sangat produktif dalam menulis dan tetap menunjukkan propesioanlitas
dalam berkarya. Pada tanggal 1858 Raja Haji Abdullah Munsyi mengangkat Raja Ali
Haji sebagai penanggung jawab bidang hukum Islam di kerajaan Riau Lingga, tugas
tersebut diemban oleh Raja Ali Haji hingga pada tahun 1873 beliau tutup usia.
Raja Ali Haji dikenal sebagai penulis
paling produktif di masanya. Tahun 1846 Raja Ali Haji menyelesaikan karya
tulisnya Gurindam Dua Belas, diterbitkan dalam bahasa Belanda oleh E. Netscher
pada tahun 1854. Pada tahun 1862 Raja Ali Haji dan H. Ibrahim bersama dengan H.
Von de Wall berhasil menyusun sebuah kamus bahasa Melayu. Banyak buku dan karya
tulis yang diselesaikan oleh beliau. Tahun 1866 Raja Ali Haji menyelesaikan tulisan
buku berjudul Kitab Nikah dan tahun 1866 tanggal 25 November Raja Ali Haji menyelesaikan
tulisannya Tuhfat al-Nafis. Hingga pada tahun 1872 karya Raja Ali Haji bejudul
Bahasa Melayu jilid II yang diterbitkan oleh Gupernem di Batavia. Buku karya Raja
Ali Haji yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa Melayu yang selesai ditulis
pada tahun 1851 dan dicetak kembali di Singapura pada tahun 1925 dan tepat pada
tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda Indonesia bahasa Melayu ditetapkan
sebagai bahasa Nasional Indonesia. Sebab besarnya kontribusi beliau pada tahun
2004 Raja Ali Haji dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional.
Dari kisah hidup beliau dalam perjuangannya menuntut ilmu yang bermanfaat, ahli, serta selalu produktif dalam
berkaya, patut dijadikan teladan. Hal itu menjadi ketertarikan saya sebagai
penulis serta pelukis untuk melukis serta merestorasi foto wajah Raja Ali Haji dan meresapi
biographinya. Semoga karya ini dapat bermanfaat.
"Barang siapa mengenal yang empat, maka
ia itulah orang ma'rifat.
Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia
dunia mudarat.
Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang
tiada buta." — Raja Ali Haji (Gurindam 12)
Sumber :
Semoga Bermanfaat.
BalasHapusTetap Berkarya.
HapusMaaf bang, untuk Raja Ali Haji Gurindam 12, mohon cek sumber gambar bang, ada perbedaan Raja Ali Haji Gurindam 12 dengan Raja Ali Haji Tengku Selat (pada foto) , ada kekeliruan informasi di wikipedia, dan beberapa sumber, coba cross check ke LAM Kepri atau zuriat Raja Hamzah Penyengat bang, untuk menghindari simpang siur sejarah, maaf dan terima kasih bang, wl begitu lukisannya keren
BalasHapus