Lukisan Wajah Buya Hamka karya Hareanto
![]() |
Lukisan Wajah Buya Hamka karya Hareanto |
Lukisan Wajah Buya Hamka karya Hareanto
Portrait painting. Charcoal pensil on paper.
Tahun pembuatan lukisan 2021.
Dunia telah
mengenalnya dengan panggilan Buya Hamka. Buya adalah panggilan dari orang
Minang Kabau sama halnya seperti Abi dalam bahasa Arab, sementara nama Hamka
merupakan singkatan dari nama panjangnya yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
Buya Hamka merupakan tokoh kharismatik yang dikenal sebagai ulama, pujangga dan negarawan. Bagi Indonesia Buya Hamka bukanlah sosok ulama biasa, Buya Hamka telah menulis buku tak kurang dari 130 judul buku yang menginspirasi jutaan jiwa. Karya tulis Buya Hamka bukan saja mempengaruhi perkembangan Islam tetapi juga berpengaruh pada kondisi politik Indonesia. Meskipun tidak pernah lulus dari sekolah formal semangat menulis Buya Hamkah sungguh tinggi. Sebagai sastrawan beberapa karangannya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck hingga Di bawah Lindungan Ka’bah membuat namanya semakin populer.
Dengan segala
kemampuan ilmu dan fisiknya ia gunakan untuk melawan penjajah, mengerahkan
pemuda-pemuda bergerilya. Dalam naskah romannya Buya Hamka sering menyisipkan
pesan perjuangan dan rasa kebangsaan yang tinggi. Pesan Perjuangan lain juga ia
tuangkan ke dalam beberapa majalah
seperti Pedoman Masyarakat.
Selain ulama dan
sastrawan Buya Hamka juga tersohor sebagai Jurnalis dan Politikus. Hubungan baiknyapun
terjalin diantara beberapa pemimpin bangsa. Di bawah kepemimpinan Presiden
Soekarno Buya Hamka pernah ditahan. Saat Buya Hamka dipenjara yang merupakan
tahanan politik yakni sebagai tokoh anti komunis. Dalam masa tahanan Buya hamka justru menyelesaikan karya terbesarnya yakni Tafsir Al-Azhar. Hingga kekuatan komunis
di Indonesia lumpuh Buya Hamka bebas pada tahun 1967 dan berhijrah ke negara Malaysia. Sekembali hijrah dari
Malaysia Buya Hamka mendirikan Majelis Ulama Indonesia yang disingkat MUI.
Buya Hamka berhasil membangun citra MUI sebagai lembaga independen dan berwibawa yang mewakili suara umat Islam. Pada pidato pertamanya sejak terpilih menjadi ketua MUI, Buya Hamka menjelaskan posisi MUI dengan pemerintah dan masyarakat terletak di tengah-tengah, "laksana kue bika yang dibakar api dari atas dan bawah". "Api dari atas ibarat harapan pemerintah, sedangkan api dari bawah wujud keluhan umat Islam. Berat ke atas, niscaya putus dari bawah. Putus dari bawah, niscaya berhenti jadi ulama yang didukung rakyat. Berat kepada rakyat, hilang hubungan dengan pemerintah". Buya Hamka berada diposisi terdepan dalam masyarakat Islam modren Indonesia dengan menginisiasi berdirinya sekolah-sekolah Islam di Indonesia dan mencetuskan ide konkret model lembaga pendidikan Islam modren.
Pada hari Jum’at hari ke-2 Ramadhan tanggal 24 Juli 1981 Indonesia kehilangan seorang pahlawan besar, Buya Hamka wafat dalam usia 73 tahun. Ribuan jema’ah mengantar jenazah Buya Hamka dari rumah duka ke Masjid Agung Al-Azhar.
Menjelang hari Pahlawan 10 November 2011 akhirnya pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Buya Hamka sebagai penghargaan atas jasa-jasa Buya Hamka terhadap Indonesia. Buya Hamka merupakan Pahlawan Nasional yang penuh dengan Integritas.
Banyak ilmu yang kita peroleh dari karya dan pemikiran beliau serta baik dijadikan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk terus berkaya. Lukisan wajah Buya Hamka ini merupakan restorasi yang bersumber dari foto-foto lama Buya Hamka. Semoga lukisan wajah Buya Hamka karya Hareanto dapat bermanfaat dikemudian hari.
“Sejatinya
hidup dimulai apabila nafas sudah berhenti, yang sebelumnya itu hanyalah
khayal.” (Buya Hamka)
Sumber : Wikipedia , Youtube - Mengenal Kembali Buya Hamka.
Komentar
Posting Komentar